Perhatian dunia Islam terhadap teknologi informasi dan
komunikasi masih rendah. Negara-negara Muslim masih menjadi sasaran dan target
pasar bagi produk-produk teknologi informasi dan komunikasi yang dihasilkan oleh
negara-negara non Muslim.
Padahal, menurut Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Hubungan Internasional dan Kesenjagan Digital, Kalamullah Ramli, kemajuan teknologi yang berkembang cepat dewasa ini semestinya dapat diadopsi dan dipergunakan secara baik oleh umat Islam. Keterlibatan dunia Islam penting memosisikan sebagai aktor dan pemain bukan lagi sebagai market.
Padahal, menurut Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Hubungan Internasional dan Kesenjagan Digital, Kalamullah Ramli, kemajuan teknologi yang berkembang cepat dewasa ini semestinya dapat diadopsi dan dipergunakan secara baik oleh umat Islam. Keterlibatan dunia Islam penting memosisikan sebagai aktor dan pemain bukan lagi sebagai market.
"Jangan hanya jadi obyek Pasar, tapi harus ikut
aktif sebagai player," kata dia dalam International Conference On
Information and Communication Technology (ICT) For The Moslem World 2010, Ciputat,
Tangerang (13/12). Ramli mengemukakan, langkah antisipasi penting
direalisasikan oleh umat Islam. Mengingat laju perkembangan teknologi informasi
dan telekomunikasi sangat pesat dan mustahil dihentikan. Berdasarkan data World
Summit on the Information Society (WSIS) 2010 tercatat 161 negara telah
memiliki strategi ICT. (read more)
Di samping pula, jumlah pengguna selular dunia telah
mencapai 5 miliar dan penduduk dunia yang menggunakan aktif internet mencapai 2
miliar. "Jumlah itu diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke
tahun," jelas dia.Oleh karena itu, dikatakan Ramli, di sinilah dibutuhkan
kerja keras umat Islam untuk mengejar ketertinggalan di bidang infrasturktur
ICT. Sebab, dunia Islam telah terlena dengan sumberdaya alam yang dimiliki dan
melalaikan pengembangan ICT.
Dampak kesenjangan digital lantaran tidak semua umat bisa
akses informasi dapat mengakibatkan kesenjangan ekonomi dan pendidikan
sekaligus. Berbeda dengan Jepang dan Cina meski SDA terbatas, tetapi mereka
membangun kekuatan di sektor ICT. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah
dengan mendorong jiwa enterpreneurship di bidang teknologi. Tak kalah penting,
kemajuan ICT harus diimbangi dengan benteng kuat berupa nilai-nilai agam dan
budaya bangsa."Inilah tantangan terberat guna menyaring konten komunikasi
dan informasi dari unsur-unsur destruktif lalu memberikan alternatif yang
konstruktif. Bagaimanapun jaga nilai adalah hak setiap bangsa.
0 komentar:
Posting Komentar